Jumat, 25 Januari 2013

ak pernah terlintas dan tak pernah terbayang dalam benaku,bahwa akhirnya akan seperti ini…..
terjalan tebing yang curam mungkin sudah tak sanggup lagi aku lalui…
menapaki kisah cinta yang tak kunjung reda,menjadikan makna hidup yang tak jelas arah rambatnya…
tali tali yang telah terbentuk rapat kini memudar dan merapuh seketika,berubah menjadi guratan pilu dalam tombak kehidupanku,,
tak pernahkah kau berfikir bahwa tanggungjawab yang harus kita pegang?
tak takutkah kau berselam tanpa oksigen yang kamu bawa?
bila kau sadarai,artinya aku dalam hidupmu mungkin kau takkan sekeras itu..
detik detik pelangi yang kelam kini menyertai setiap langkah kakiku berpijak.
berdoa untuk kebahagiaanmu…
semoga tak ada lagi pertikaian…
jalani hidup dengan jalan yang berbeda….
aku bahagia,jika kau bahagia……
Aku ingin semua yang hadir dalam jiwaku adalah hakmu yang akan menjadi
pemacu dalam kisah hidup yang kita jalani sehari hari karena aku cinta kamu…

Aku juga ingin hadirku adalah kekayaanmu yang sempurna karena didalamnya ada
pernak pernik sayangku buatmu..

Dalam suka dan duka dunia cinta aku ingin engkau juga paham akan semburan lava cinta yang sewaktu waktu bisa dahsyat
menghujani seluruh jiwamu ….

selangkah semi selangkah semua ingin dalam janji
kisah cinta yang kita jalani akan ringan terasa karena kau hadir saat tepat ujung
jarum asmara menusuk jantung hariku….

Senin, 14 Januari 2013

A.    Pengertian apotek hidup adalah memanfaatkan sebagian tanah untuk ditanami tanaman obat-obatan untuk keperluan sehari-hari. Umum diketahui, bahwa banyak obat-obatan tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Obat tradisional umumnya lebih aman karena bersifat alami dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat-obat buatan pabrik. Itulah sebabnya sebagian orang lebih senang mengkonsumsi obat-obat tradisional.
Bayangkan, bila di dalam pekarangan Anda tersedia tanaman obat yang dapat digunakan apabila salah satu anggota keluarga sedang sakit. Tentu hal menyenangkan. Anda tinggal mengambilnya kapan saja, bahkan malam hari sekalipun. Tidak perlu mengeluarkan uang dan terjamin kesegarannya karena langsung dipetik dari tanamannya.
Tanaman obat tidak kalah cantiknya dengan tanaman hias. Anda dapat pula menanamnya diantara tanaman hias atau bunga-bunga yang ada. Selain itu tanaman obat umumnya lebih kuat menghadapi berbagai penyakit tanaman karena memiliki kandungan zat alami untuk mengatasinya, sehingga Anda tidak perlu memberikan pestisida.
Maka, agar dapat membuat apotek hidup yang indah dan bermanfaat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya, Anda perlu untuk menyerasikannya dengan tanaman dan elemen lainnya dalam taman, sehingga tidak merusak penataan taman. Anda juga perlu mengetahui manfaat dari masing-masing tanaman obat dan berapa pemakaian yang sesuai.

B.    Manfaat Apotek Hidup
Apotek hidup di Indonesia belum banyak ada padahal Indonesia merupakan negara yang banyak terdapat tanaman obatnya namun masih belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Padahal apotek hidup itu banyak sekali manfaatnya dan kegunaannya. Berbagai manfaat dari apotek hidup yaitu:
1.    Aman bagi kesehatan karena yang digunakan merupakan tanaman yang alami.
2.    Lebih menghemat biaya hidup karena tanaman yang digunakan dapat dipakai untuk membuat obat atau digunakan berbagai produk sehari-hari dengan cara yang mudah.
3.    Dapat dibuat menjadi obat herbal yang lebih bermanfaat dan lebih banyak khasiatnya.
4.    Membuat orang yang memilikinya pintar dalam hal pemanfaatan tanaman terutama tanaman obat.
5.    Dengan memiliki apotek hidup, rumah menjadi asri, cantik, sehat.
6.    Taman dapat memberikan efek psikologis bagi orang yang sedang sakit sehingga lebih cepat sembuh.
7.    Merawat tanaman juga menjadi sarana Anda menggerakkan tubuh dan berolahraga. Hasilnya tubuh menjadi sehat dan cantik.

C.    Pengelompokkan Apotek Hidup
Adapun pengelompokkan tanaman apotik hidup terbagi dalam lima kelompok yaitu:
a. Tanaman buah, yaitu tanaman penghasil buah dan biasanya dikonsumsi buahnya dan dimiliki khasiat sebagai obat.
b. Tanaman sayuran, yaitu bahan masakan, sumber vitamin dan mineral serta memiliki khasiat obat.
c. Tanaman rempah-rempah, yaitu tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur dan memiliki khasiat obat.
d. Tanaman hias, yaitu tanaman yang biasa digunakan sebagai unsur dekorafis didalam maupun diluar diluar ruangan namun memiliki khasiat obat.
e. Lain-lain, yaitu tanaman yang berkhasiat obat selain dari tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman rempah-rempah dan tanaman hias.

D.    Pendeskripsian Tanaman Obat
Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahanannya saja, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal sebagai bahan yang ampuh untuk obat dan digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia selain juga sebagai obat-obatan tradisional. Sebenarnya, tanaman yang berguna sebagai obat dapat juga ditemui sehari-hari.
Tanaman seperti kunyit dan jahe dapat ditanam di pekarangan rumah dan berguna sebagai pengusir berbagai penyakit ringan sehari-hari seperti batuk, masuk angin dan panas dalam. Tak hanya itu, beberapa tanaman yang ada Indonesia terbukti ampuh mengatasi berbagai penyakit yang lebih berat. Beberapa bahkan dipercaya dapat mengatasi penyakit mematikan seperti AIDS, kanker dan sebagainya. Tanaman obat juga dapat dijadikan alternatif berobat yang lebih aman dan alami. Selain itu, tanaman obat juga baik untuk menjaga kecantikan dan kesehatan kulit dan tubuh.
Tanaman obat dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Beberapa tanaman obat dapat digunakan sehari-hari dan diolah dengan cara sederhana seperti direbus dan dicampur dengan air atau bahan-bahan lainnya, sedangkan tanaman yang lain diolah secara modern oleh pabrik atau industri rumah tangga dengan cara dikeringkan dan dikemas dalam kemasan yang praktis untuk dikonsumsi.
Walaupun telah banyak tanaman obat yang diproduksi secara modern, masyarakat yang mengkonsumsi harus tetap cermat dalam memilih produk tanaman obat. Cek kadaluarsa dan produk apakah masih dalam keadaan baik atau telah rusak. Perhatikan pula kode produksi apakah telah terdaftar di Badan POM. Alangkah lebih baik jika memilih produk yang kemasannya lebih baik dan tersegel dengan baik. Memang biasanya agak lebih mahal akan tetapi lebih baik karena aman untuk kesehatan anda.

E.    Jenis Tanaman Obat Yang Dapat Mengisi Apotek Hidup
Pada masa awal, pengobatan di rumah dengan tanaman obat ditemukan dengan mencoba dan belajar dari kesalahan (trial and error). Saat ini, ekstrak dari beberapa tanaman obat telah digunakan untuk pengobatan jaman modern dan bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit serius.
Anda juga dapat memperoleh manfaat langsung dari tanaman obat yang ditanam di kebun atau taman dalam rumah Anda. Berikut tanaman-tanaman obat yang dapat mengisi apotek hidup Anda:
1.    Lidah Buaya
Lidah buaya atau aloe vera sudah lama dikenal sebagai tanaman penyubur rambut. Manfaat lainnya adalah dapat meredakan batuk.
2.    Sirih
Dikenal karena memiliki kandungan antiseptik yang baik. Anda juga dapat menggunakannya untuk meredakan batuk.
3.    Lengkuas
Selain sebagai bumbu dapur, lengkuas dapat menyembuhkan panu pada kulit.
4.    Temulawak
Bermanfaat mengatasi penyakit kuning.
5.    Jinten
Bila ada anggota keluarga yang panas, gunakan daun jinten untuk menurunkan panas. Bermanfaat juga untuk melancarkan ASI bagi ibu yang sedang menyusui.
6.    Jahe
Dapat digunakan untuk menyembuhkan batuk dan rematik karena menghasilkan rasa hangat. Jahe juga dapat menghilangkan rasa mual ketika sedang berada dalam perjalanan.
7.    Bawang Merah
Bumbu dapur yang terkenal ini juga bermanfaat untuk mengobati masuk angin.
8.    Mahkota dewa
Tanaman yang telah terkenal sebagai tanaman obat. Dapat menyembuhkan penyakit darah tinggi.
9.    Kumis kucing
Dapat digunakan untuk meredakan sakit pinggang.
10.    Sambiloto
Rasanya yang pahit dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit. Anda dapat menggunakan daunnya untuk menyembuhkan penyakit tifus dan penurun panas.
11.    Mengkudu (pace)
Buah yang bermanfaat banyak untuk tubuh. Dengan mengkonsumsi buahnya dapat meredakan osteoporosis.
12.    Jeruk nipis
Buah yang asam dapat dimanfaatkan untuk meredakan batuk.
13.    Begonia
Merupakan tanaman hias, tetapi juga memiliki manfaat untuk mengatasi nyeri haid.
14.    Puring
Juga merupakan tanaman hias yang umum ditanam di taman karena daunnya yang berwarna-warni. Dapat dimanfaatkan daunnya yang berwarna kuning hijau untuk menghangatkan perut.
15.    Melati
Bunga indah yang keharumannya sering dimanfaatkan sebagai bahan baku parfum, ternyata termasuk tanaman obat. Khasiat daunnya dapat menyembuhkan sesak nafas dan sakit kepala. Bunganya dapat digunakan untuk mengatasi radang mata.
16.    Daun Salam
Air rebusan daun salam mampu mengatasi penyakit maag dan juga mampu menurunkan kadar gula dalam darah dengan cepat sehingga bagus untuk penderita diabetes.
 
17.    Jambu Biji

Jambu biji juga memiliki khasiat. Daunnya dapat digunakan untuk mengatasi penyakit buang air atau diare. Fungsi daunnya mampu membuat keras feses sehingga mengurangi buang air besar. Jus buahnya juga baik untuk kesehatan karena mengandung banyak vitamin C serta baik untuk penderita demam seperti DBD

Minggu, 13 Januari 2013


KATA PENGANTAR

                 PUji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

          Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin...









Pangkalan Balai 10-januari-2013



PENYUSUN








Daftar Isi

1.    Halaman Judul.................................................................................................1
2.    Kata Pengantar.................................................................................................2
3.    Daftar Isi...........................................................................................................3
4.    Pendahuluan....................................................................................................4
5.    Pembahasan....................................................................................................5
6.    Kesimpulan.....................................................................................................16
7.    Kata Penutup..................................................................................................17



 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
           Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan masyarakat itu sendiri umumnya mencukupi keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal ihwal baru itu.

          Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Penyerapan kata-kata asing ke dalam bahasa Indonesia ini melahirkan permasalahan-permasalahan kebahasaan yang dapat disoroti dari perspektif analogi dan anomali bahasa.
B.   Tujuan Penulisan
          Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.

C.   Metode Penulisan
          Penulisan menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara lain yang dapat dipergunakan penulis adalah study pustaka dalam metode ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan penulisan makalah.




PEMBAHASAN

KATA SERAPAN DALAM BAHASA INDONESIA

          Bahasa Indonesia merupakan bahasa asing yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu akibat dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai unsur kebahasaan dari bahasa asing, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang kemudian dikenal dengan Unsur Serapan.
          Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil unsur atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa daerah atau bahasa asing. Sudah banyak kosa kata dari bahasa asing dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu disesuaikan dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.

          Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal Bahasa
Jumlah Kata
Arab
1.495 kata
Belanda
3.280 kata
Tionghoa
290 kata
Hindi
7 kata
Inggris
1.610 kata
Parsi
63 kata
Portugis
131 kata
Sanskerta-Jawa Kuna
677 kata
Tamil
83 kata












               Proses penyerapan itu dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yaitu :

1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia   terlalu banyak sinonimya

               Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :

1. Cara Adopsi
               Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara
keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall

2. Cara Adaptasi
               Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas

3. Penerjemahan
               Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
           Overlap > tumpang tindih
           Try out > uji coba

4. Kreasi
               Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
          Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
           Spare parts > suku cadang

               Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

          Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :

1. An -, a -     [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab -            [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele -         [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini -         [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super -       [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni -           [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo -       [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub -           [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans -        [= seberang, lewat] ; transisi, tranfusi
10. Semi -       [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.

KATA SERAPAN SEBAGAI BAGIAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
 
              Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa adalah merupakan suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa lewat pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi pengaruh bahasa lain. Tertutup berarti sulit menerima pengaruh, terbuka berarti mudah menerima pengaruh.

              Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling pengaruh, saling meminjarn atau menyerap unsur asing. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham terhadap bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.

              Tidak ada dua bahasa yang sama persis apalagi bahasa yang berlainan rumpun. Dalam proses penyerapan dari bahasa pemberi pengaruh kepada bahasa penerima pengaruh akan terjadi perubahan-perubahan. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses penyerapan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergeseran baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan penerima pengaruh maupun pergeseran sistematis.

              Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya sampai sekarang telah banyak menyerap unsur-unsur asing terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing yang memberi pengaruh kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya unsur-unsur asing ini secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Unsur-unsur asing ini telah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Dan sejalan dengan perkembangan itu muncullah masalah-masalah kebahasaan. Ada kosa kata yang diserap secara utuh tanpa mengalami perubahan dan penyesuaian. Dan ada kosa kata yang diserap dengan mengalami penyesuaian-penyesuaian. Kata-kata serapan ini ternyata tidak lepas dari permasalahan analogi dan anomali bahasa yang secara khusus akan diuraikan dalam bab berikut.

PERSPEKTIF ANALOGI DAN ANOMALI KATA SERAPAN DALAM BAHASA INDONESIA

              Analogi adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Di dalam bab III ini akan dilihat perspektif analogi dan anomali di dalam kata-kata serapan bahasa Indonesia. Di depan telah dikemukakan bahwa kata serapan adalah merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia, sebagaimana telah kita pahami bahwa dimana ada perkembangan pasti selalu disertai dengan issu analogi dan anomali.

A. PERSPEKTIF ANALOGI
              Analogi adalah keteraturan bahasa, suatu satuan bahasa dapat dikatakan analogis apabila satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang telah berlaku.

              Pembicaraan mengenai kata serapan apabila bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi tentu dilakukan dengan memperbandingkan antara bahasa pemberi pengaruh dengan bahasa penerima pengaruh. Untuk membicarakan kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu dilakukan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia.

              Akan tetapi dalam pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi bahasa justru dilakukan dengan memperbandingkan unsur-unsur intern bahasa penerima pengaruh itu sendiri. Artinya suatu kata serapan perlu dilihat aslinya hanya sekedar untuk mengetahui bahwa kata tersebut benar-benar kata serapan, tanpa harus mengetahui bagaimana proses perubahan atau penyesuaian yang terjadi, yang lebih proporsional perlu dilihat adalah bagaimana keadaan setelah masuk ke dalam bahasa Indonesia, kemudian diperbandingkan dengan konvensi-konvensi yang lazim yang berlaku sekarang ini. Karena analogi berbicara mengenai keteraturan bahasa yang berkaitan dengan konvensi bahasa, tentu saja disini lebih banyak berkaitan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur bahasa.

1.1 Analogi Dalam Sistem Fonologi
              Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang tenyata telah sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses penyesuaian atau tanpa melalui proses penyesuaian. Di antara kata-kata tersebut misalnya :
Aksi - action (Inggris)
Dansa - dance (Inggris)
Derajat - darrajat (Arab)
Ekologi - ecology (Inggris)
Fajar - fajr (Arab)
Galaksi - galaxy (Inggris)
Hikmah - hikmat (Arab)
Insan - insan (Arab)

              Fonem-fonem /a/, /b/, /d/, /e/, /f/, /g/, /h/, /i/, /k/, /l/, /m/, /n/, /0/, /r/, /s/, dan /t/ yang digunakan dalam kata-kata sebagaimana tersebut di atas adalah fonem-fonem yang sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia, dengan demikian termasuk pada kriteria yang analogis, artinya yang sesuai dengan fonem yang lazim dalam bahasa Indonesia. Tentu contoh-contoh tersebut masih merupakan sebagian fonem dalam bahasa Indonesia selain fonem-fonem tersebut tentu juga masih ada fonem-fonem yang lain yang lazim dalam sistem fonologi dalam bahasa Indonesia yaitu : /c/, /j/, /p/, /q/, /v/, /w/, /x/, /y/, /z/, /kh/, /sy/, /u/ dan /a/.

              Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada kenyataan yang menarik untuk dicermati yaitu misal fonem /kh/ dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem lazim dalam sistem fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:15). Namun apabila diselidiki lebih teliti secara historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem asli Indonesia, ini bisa dibuktikan bahwa semua kata-kata yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih bisa dilacak aslinya berasal dari bahasa Arab.

              Kalau kedua fonem /kh/ dan /sy/ ini bukan asli Indonesia tentu saja pada awal munculnya dalam bahasa Indonesia bisa dianggap sebagai gejala penyimpangan atau gejala yang anomalis, tetapi setelah demikian lama berlangsung serta dengan frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, lama-kelamaan akan dianggap sebagai gejala yang wajar, tidak lagi dianggap gejala penyimpangan dengan demikian dapat dikatakan sebagi gejala yang analogis.

              Dari kenyataan historis ini memperlihatkan bahwa ada suatu peristiwa perubahan-perubahan dimana suatu gejala bahasa yang pada awalnya kemungkinan dianggap anomalis, setelah berlangsung terus menerus dengan frekuensi yang tinggi maka hal yang dianggap anomalis tersebut bisa berubah kondisinya sehingga dianggap analogis. Fonem-fonem yang lain yang juga merupakan fonem serapan- serapan lain adalah : /f /, /q/, /v/, dan /x/.

1.2 Analogi Dalam Sistem Ejaan
              Sistem ejaan adalah hal yang berhubungan dengan pembakuan. tentu saja pembicaraan mengenai analogi bahasa disini disandarkan pada ejaan yang berlaku sekarang yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Mengenai hal ini ada pembicaraan yang khusus yaitu tentang penulisan unsur serapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).

              Menurut taraf integrasinya unsur pinjaman ke dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia .seperti kata : reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi penulisan dan pengucapannya masih :mengikuti cara asing. Kedua unsur pinjaman yang pengucapan dan tulisannya telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).

              Tentu saja yang termasuk kriteria analogi bahasa adalah kategori kedua yaitu unsur serapan yang telah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baik dalam pengucapan maupun dalam penulisan. Di dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah tersusun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan. Contohnya :
Kaustik - caustic
Sentral - central
Akomodasi - accomodation
aksen – accent
kolera – cholera
efek – effect

              Contoh-contoh di atas hanya merupakan sebagian kecil dari contoh yang telah dikemukakan dalam pedoman tersebut, dan untuk selengkapnya bisa dilihat langsung dari pedoman yang telah ada yang ternyata aturan-aturannya tidak cukup mudah dihafal, karena meliputi seperangkat aturan berjumlah 56 point.

PERSPEKTIF ANOMALI
              Anomali adalah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Suatu satuan dapat dikatakan anomalis apabila satuan tersebut tidak sesuai atau menyimpang dengan konvensi-konvensi yang berlaku.
Metode yang digunakan untuk menentukan anomali bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia disini adalah sama dengan metode yang digunakan untuk menetapkan analogi bahasa yaitu dengan memperbandingkan unsur intern dari bahasa penerima pengaruh, suatu kata yang tampak sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut ternyata tidak menunjukkan kesesuaian dengan kaidah yang berlaku berarti kata tersebut masuk kata yang anomalis. Sama seperti pada kata yang analogis, kata-kata yang anomalis juga bisa dalam bentuk fonologi, ejaan maupun struktur.

2.1 Anomali Dalam Sistem Fonologi
              Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami perubahan penulisan memiliki kemungkinan untuk dibaca bagaimana aslinya, sehingga menyebabkan timbulnya anomali dalam Fonologi.

Contoh-contoh anomali dalam fonologi antara lain adalah :
Export asalanya export Expose asalanya expose
Exodus asalanya exodus

2.2 Anomali Dalam Sistem Ejaan
              Semua kata-kata yang asing yang masih diserap secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam penulisan, pada umumnya merupakan kata-kata yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata tersebut antara lain adalah :
Bank - bank (Inggris)
Intern - intern (Inggris)
Modem - modem (Inggris)
qur'an - qur'an (Arab)
jum'at - jum'at (Arab)
fardhu - fardhu (Arab)

              Kata-kata seperti tersebut di atas temasuk anomali bahasa karena tidak sesuai dengan kaidah di dalam bahasa Indonesia. Hal-hal yang tidak sesuai disini adalah : <nk>, <m>, <'> dan <dh>. Ejaan-ejaan ini tidak sesuai dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.

              Kadang-kadang juga ditemukan kata-kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia dan ditulis sebagaimana aslinya, akan tetapi untuk muncul sebagai gejala anomalis karena secara kebetulan kata-kata tersebut tidak rnenyimpang dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata ini antara lain adalah :
Indonesia aslinya
era - era (Inggris)
label - label (Inggris)
formal - formal (Inggris)
edit - edit (Inggris)

2.3 Anomali Dalam Struktur
              Karena pembicaraan kita adalah tentang kata maka yang dimaksud disini adalah juga struktur tentang kata. Kata adakalanya terdiri dari satu morfem, tetapi adakalanya tersusun dari dua morfem atau lebih.

              Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia adalah kata-kata sebagai satu satuan utuh baik terdiri dari satu morfem, dua morfem atau lebih.
Misalnya :
Indonesia aslinya
federalisme - federalism (Inggris)
bilingual - bilingual (Inggris)
dedikasi - dedication (Inggris)
edukasi - education (Inggris)
eksploitasi - exploitation (Inggris)

              Kata-kata seperti tersebut dalam contoh, proses penyerapannya dilakukan secara utuh sebagaii satu satuan. Jadi kata "Federalisme" tidak diserap secara terpisah yaitu "Federal" dan "isme". Kata "bilingual" tidak diserap "bi", "lingua" dan "aI". Kata dedikasi tidak diserap dari "dedicate" dan "tion" demikian seterusnya kata "edukasi" tidak diserap dari "educate" dan "tion".

              Kata serapan dari bahasa Inggris yang aslinya berakhir dengan "tion” yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan mengalami penyesuaian sehingga berubah menjadi "si" diakhir kata berlangsung dengan frekwensi sangat tinggi. kenyataan ini melahirkan masalah kebahasaan yaitu munculnya akhiran sasi yang melekat pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Inggris sehingga timbul kata-kata seperti :
Islamisasi - islam + sasi
kristenisasi - kristen + sasi
neonisasi - neon + sasi
polarisasi - pola + sasi
jawanisasi - jawa + sasi

              Proses pembentukan seperti ini dalam linguistik lazim disebut “anologi" (bedakan istilah analogi dalam linguistik dengan istilah dalam filsafat bahasa). Penggunaan istilah anologis ini memang wajar karena maksudnya adalah menggunakan bentuk yang sesuai dengan bentuk yang telah ada. artinya penggunaan struktur neonisasi didasar kata pada kata: mekanisasi dan sejenisnya yang telah ada.

              Akan tetapi apabila kita bandingkan dengan kaidah gramatikal khususnya yang berkaitan dengan struktur morfologi kata, sebenanya akhiran (sasi) di dalam bahasa Indonesia tidak ada. Dengan demikian hal ini termasuk gejala anomali bahasa. Namun masalah selanjutnya adalah tinggal masalah pengakuan dari para pakar yang memiliki legalitas di dalam bahasa. Apakah akhiran (sasi) ini dianggap resmi atau tidak di dalam bahasa Indonesia, kalau dianggap tidak resmi berarti akhiran (sasi) ini benar murupakan gejala anomali. Tetapi kalau akhiran (sasi) inii sudah bisa diterima sebagai akhiran yang lazim dalam bahasa Indonesia maka Ada perubahan dari anomali menjadi anologi.

              Kasus seperti ini tidak hanya terjadi pada proses penyerapan dari bahasa Inggris, tetapi ternyata terjadi juga pada bahasa Arab, yaitu adanya akhiran (i), (wi), (ni). Pada awalnya akhiran ini memang melekat langsung pada kosa kata bahasa Arab yang diserap secara utuh ke dalam bahasa ldonesia. Kata kata seperti :
Indonesia aslinya
insani - insani
duniawi - dunyawi
ruhani - ruhani

              Diserap secara utuh dari bahasa Arab, akhirnya akhiran (i), (wi) dan (ni) ini digunakan di dalam bahasa Indonesia, dilekatkan pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Arab, seperti :
aslinya
gerejani - gereja + ni
ragawi - raga + wi

              Kasus akhiran (ni) dan (wi) dalam bahasa Indonesia ini sama seperti kasus akhiran (sasi) hanya saja berbeda dari sudut frekwensinya yakni frekwensi akhiran (wi) dan (ni) lebih jarang dibandingkan dengan akhiran (sasi).






KESIMPULAN

                   Analogi dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia.
Suatu gejala bahasa pada awalnya bisa dianggap anomali, namun setelah berlangsung terus menerus dengan frekwensi yang tinggi bisa berubah menjadi analogi. Suatu gejala bahasa apakah termasuk ke dalam kriteria analogi atau anomali sebenarnya tergantung pada keberteriman masyarakat terutama mereka yang memiliki legalitas tentang bahasa. Penyimpangan bahasa dari konvensi dengan frekwensi yang kecil cenderung dikatakan sebagai gejala yang anomalis.

SARAN
                   Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pembelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu memlihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.










KATA PENUTUP

                   Demikianlah hasil dari makalah yang telah saya buat dalam rangka memperdalam wawasan tentang kata serapan dalam bahasa indonesia. Semoga dengan terbentuknya makalah ini, saya dapat memberikan pengetahuan yang luas kepada semua orang yang membacanya. saya juga berharap bahwa dengan terbentuknya makalah ini, semua orang yang membutuhkan bahan-bahan yang terkait dengan kata serapan dalam bahasa indonesia menjadi tertolong dan tidak kesulitan dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.
                   Semoga apa yang tertulis di dalam makalah ini selalu abadi dan memberikan berkah yang tiada hentinya dalam kehidupan kita bersama.
Terima kasih atas segala terbentuknya makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembacanya.amin…




    Pangkalan Balai, 10-Januari-2013



      PENYUSUN